Kekaguman Membuat Rindu
Aura sosok pria paruh baya dari Kebon Dalem ini mempunyai
magnet tersendiri bagiku dalam mengagumi sosok pria paruh baya ini. Muhammad
Dahlan, lebih dikenal dengan Dahlan Iskan. Iskan yang diambil dari nama Bapak
beliau yang dimana sosok yang ia kagumi dan segani layaknya aku mengagumi sosok
beliau.
Awal ku mulai mengagumi beliau disaat Ayah Ibuku
membicarakan cara-cara beliau dalam menghadapi dan menyelesaikan polemic
masalah yang ada di pemerintahan Indonesia ini yang kian bobrok
pondasi demokrasinya. Dengan gaya
tersendiri yang membuat aku dan kedua orangtuaku semakin memberi pujian kepada
cara dia menyelesaikan persoalan yang telah berlarut larut ditangani oleh orang
lain namun seketika masalah berlarut-larut itu langsung selesai dengan apa yang
diharapkan kami sebagai masyarakat.
Kekagumanku bertambah setelah membaca biografi beliau yang
dikemas menjadi cerita novel yang apik yang dikarang oleh Khrisna Pabichara.
Beruntunglah ada seorang penulis yang inin menulis kisah hidup beliau disaat
dia memulai semuanya dari nol yang dimana tetap menjalani hidup bak air sungai
yang mengalir ke samudera. Kisah hidupnya yang dikemas secara apik dengan
rangkaian kalimat bersahaja yang mempunyai kekuatan dalam menyampaikan pesan
yang ingin disampaikan. Mempunyai daya tarik tersendiri aku membaca kisah
Dahlan Iskan tersebut, sekali aku membacanya, sulit untukku tidak menyelesaikan
membacanya hingga tuntas. Namun apa daya, mata pun perlu mengistirahatkan diri dari
tugasnya. Inilah yang membuatku haus membaca trilogy novel inspirasi Dahlan
Iskan ini. Kalimat bersahaja yang mengalirkan pesan itu lah yang aku rindukan
selalu dari membaca trilogy novel tersebut dan dimana mengunggah semangatku
sebagai pemudi Indonesia
yang dimana akan menjadi penerus bangsa ini dan membuatku selalu bersyukur atas
nikmat yang telah Allah SWT berikan kepadaku hingga saat ini. Layaknya
perantara yang mengubungkan apa yang tersajikan dalam trilogy novel ini dengan
kehidupan nyata yang sedang aku jalani ini.
Saat ini aku telah membaca buku kedua dari trilogy novel
tersebut-Surat Dahlan, setelah aku membaca buku pertamanya-Sepatu Dahlan, sangat
disayangkan buku ketiga masih dalam proses pembuatannya yang dimana membuatku
memperlambat membacanya hingga tuntas atau bisa dibilang ‘disayang-sayangkan’.
Aku menanti buku ketiga trilogy novel tersebut
Komentar
Posting Komentar